Kamis, 25 Oktober 2012

JADI APA YANG BISA SAYA BIMBING BUAT KAMU? (Fiksi)




Dengan berbekal selembar kertas sakti yang sudah ditandatangani oleh Kepala Jurusan dan pihak Akademik Kampus, gw sudah berada di salah satu kubikel Dosen yang akan menjadi dosen pembimbing.


Di Ruang Dosen ini suasana lebih tenang dan santai karena diantara kubikel-kubikel yang berfungsi sebagai sekat antar meja yang menjadi tempat dosen menaruh segala hal yang berbau akademis, juga terdapat hiasan bunga plastik yang menambah manis ruangan ini jika dibanding dengan ruang kelas.


Suasana penuh intimidasi dan kebosanan biasa menghiasi ruangan kelas, entah karena mahasiswa-nya atau sang Dosen yang mendominasi jalannya perkuliahan.


Ahh tapi sudahlah, ini semester akhir masa-masa itu sudah lewat baru aja, ini saatnya menyusun rencana masa depan dengan bergulat bersama lembaran kertas revisi dari Dosen Pembimbing yang lagi gw tunggu ini, karena sampai detik ini masih menjadi misteri siapa kah Dosen itu.


Mendengar namanya saja baru tadi pagi,setelah Pak Siswanto (Kepala Jurusan Teknik Sipil) meyerahkan kertas persetujuan Skripsi dan penentuan Dosen pembimbing, tercetak Nama Ir. Mery Chambelot. Pikir gw menjangkau kemana-mana karena nama tersebut selama perkuliahan dari semester awal masuk nggak pernah dengar apalagi sosoknya.


Duduklah lah gw di kubikel Ibu Mery ini dengan manis, karena beliau sedang di kelas kata Pak Bastian Resepsionis merangkap administrasi  di kantor Jurusan. Dalam kubikelnya ada pigura dengan Photo Dua wanita muda dan dua wanita separuh baya dengan memakai kebaya tampak ceria, pikir gw mungkin yang dua wanita muda ini anak-anak dari Bu Mery dan salah satu dari dua wanita paruh baya ini adalah Ibu Mery.


Dilihat-lihat dua wanita muda ini memiliki senyum yang paling indah yang pernah gw liat, senyum satu wanitanya terlihat begitu natural dan penuh aura, dalam hati siapa pemilik senyum indah seperti iklan pasta gigi dalam iklan ini.


Sebuah tepukan di bahu mengejutkan khayalan sore itu di kubikel Dosen, “ kamu udah lama nunggu disini” suara itu sontak membuat gw melihat siapa pemilik suara, kepala menenggok kearah pemilik suara, begitu menoleh gw bertambah terkejut karena wajah yang gw liat seperti tidak asing, seperti pernah melihat.


“baru setengah jam lah bu” sahut gw cepat menjawab, “oh nama kamu siapa” timpal Ibu atau bisa juga dibilang kakak karena tampangnya jauh dari Ibu-ibu,kakak ini eh maaf Ibu Dosen ini memakai Blues Abu-abu dengan long dress putih dengan corak kembang warna merah.terlihat pas sekali di tubuhnya yang tinggi semampai


“Saya Didit Prasetia Bu, saya anak bimbingan bu .tadi baru dikasih kertas Bimbingannya sama Pak Siswanto” langsung gw menjawab tentang keperluan gw sore itu di kubikelnya.”oh saya Mery Chambelot, apa yang bisa saya Bimbing buat kamu Did?” jawaban Bu Mery ini tegas seperti Dosen,Dosen dengan predikat Killer.


Tanpa basa-basi Bu Mery langsung mengatakan “ok saya tunggu langsung Bab satu kamu dengan Latar Belakang masalah yang sudah sesuai ketentuan jurusan dua hari lagi ok?, Judul kamu apa?” perkataannya ini menjadi cambuk yang melecutkan khayalan gw di kubikel yang sama pada setengah jam yang lalu tentang senyum penuh aura itu.


“Judul saya Pembangunan Tiang Pancang Jembatan Susun Dua dengan Metode Rangka Lapis baja Simetris Bu dan Bab satu saya akan saya serahkan ke Ibu dua hari lagi” dengan hati dan jantung kembang kempis karena akan terbayang bagiamana perjalanan gw kedepan dengan Dosen Pembimbing ini.


Hari-hari dengan berbagai Revisi pun telah dijalani sudah,berbagai macam bentuk omelan dan kesadisan kata-kaa Dari Ibu Mery sebetulnya Ibu Mery ini cantik yang kalau dilihat dari parasnya masih sekitar 30-an ini belum cocok dipanggil Ibu. 


Sebuah sms mengangetkan dari lamunan gw tentang dosen pembimbing masuk berbunyi “saya tunggu di Kedai Kopi Tiam Seperti biasa Jam makan siang ya” yang langsung gw balas  cepat “Iya Bu”. Kedai kopi tiam ini berada agak jauh dari kampus karena terletak di daerah Kedoya Jakarta, yang punya adalah Presenter Kuliner terkenal di TV.


Seperti sebelumnya jika bimbingan di luar kampus sosok Bu Mery ini berubah drastis. Dari sosok yang kejam seperti “Bent” yang menjadi musuh Batman dalam Film The Dark Night itu, sedangkan kalau sedang di luar kampus sosoknya menjadi Zooey Deschannel dalam Film 500 Days of Summer. Penuh senyuman tulus dengan aura senyuman yang khas, yang setelah gw ingat inilah sosok yang ada dalam Pigura Photo di kubikelnya.


Gw pun pangling dan terkejut dengan sosoknya yang seperti ini, dia pun memberi jawaban waktu pertama kami bimbingan di luar kampus karena muka heran gw seakan penuh tanda Tanya, akhirnya dia menjelaskan kenapa dia berperilaku seram di kampus,



“itu saya lakukan karena disana saya Dosen Baru,mahasiswa biasanya suka semena-mena dan jadi malas karena tahu saya ini dosen baru,jadi saya harus berperilaku sebaliknya dari kebiasaan saya, gini-gini saya juga Baru aja lulus kuliah,jadi saya sedikit-dikit ngerti psikologi mahasiswa kaya kamu” itu penjelasan dari Bu mery.


Alam pikir gw pun berkembang dan melontarkan pertanyaan “Muka Ibu masih terlihat muda, kalau ibu Bilang baru lulus kuliah dan S1, apa iya bisa mengajar di kampus kita bu,bukannya syarat pendidikan dosen di kampus itu S2 minimal bu?” pertanyaan ini keluar begitu saja tanpa pemikiran matang, karena gw takut ini akan menyinggung perasaanya.


Tapi bukan bu Mery namanya kalau lagi di luar kamus akan mudah tersinggung dan galak, malah ia tertawa kecil dengan melihatkan senyum yang bisa buat gw mimpi ke tingkat tertinggi seperti di Film Inception (bermimpi sampai tiga tingkatan) tapi kalau gw mimpi dengan senyum Bu Mery yang sama di tiap tingkatnya.


“Alhamdulillah saya kemarin bari pulang dari Jerman untuk S3 Enginnering, di tempat Pak Habibie kuliah, bolehkan saya ngajar di tempat kamu did?” jawabnya dengan senyum semanis gaun putih corak kembang biru dengan blues abu-abunya yang sangat serasi.

Jawabanya pun penuh dengan kata-kata ilmu padi  “semakin berisi semakin menunduk” dia tidak melihatkan kegoisan-nya ataupun kesombongannya. Ini yang membuat mata gw terbuka untuk kedua kalinya, ahh dia masih muda tapi sudah S3, ‘tapi koq nggak di taruh gelar “ph.d nya bu” sahut gw cepat, saya masih baru dan biar nggak dianggap orang baru yang mau sok dengan gelar juga.


Pesanan Roti Kaya Toast pun datang, roti ini menjadi menu wajib setiap kali gw bimbingan dengan Bu Mery, “kamu panggil nama aja kalau di luar kampus gini” katanya sambil mengambil roti “eh iya Mery haha” jawab gw dengan tersenyum.


Kami pun memakan roti yang telah terhidang, roti Bu Mery eh Mery aja, terbang ke pipi gw, yang membuat kaget gw adalah ia melemparkannya dengan sengaja dengan senyum khas miliknya, gw pun nggak mau kalah cepet membalas roti terbang itu dengan punya gw cepat tepat ke hidungnya, mukanya langsung berubah serius, ahh salah nih gw udah kurang ajar sama dosen dengan lempar roti ke hidungnya.tapi dia duluan juga kan


Tapi seketika itu juga ia balas melempar rotinya ke muka gw tepat kena jidat, dan ia tertawa kecil melakukannya, alhasil selama 5 menit kita Cuma main lempar-lemparan roti. Dua manusia yang katanya berpendidikan ini balik lagi menjadi anak-anak dan sangat menikmati moment lempar roti ini.


Sidang skrispsi gw pun udah selesai berikut revisinya udah dikumpulkan, gw sangat berterima kasih dengan bimbingan yang diberikan Bu Mery.selama ini. “apa rencana kamu did setelah ini’ pertanyannya kepada gw selesai gw kasih Hardcover ke kubikelnya yang menjadi awal perjumpaan dengannya.


“Bikin usaha konsultan teknik, nabung lalu menikah bu” jawab gw tegas, “kalau Ibu apa rencananya,selain ngajar disini” pertanyaan balik yang gw lontarkan membuat senyum Bu Merry terlihat mengembang “ngembangin usaha saya di konsultan teknik, lalu menikah” jawabnya singkat dan padat ditambah senyum itu yang penuh aura.


“iya Bu kalau gitu saya permisi dulu, selamat sore bu” pamit gw padanya dan di jawab “ok Did sore” jawabnya singkat.
“Loh koq kamu balik lagi, ada yang ketinggalan” dengan muka bingung Bu merry bertanya pada gw yang kembali ke kubikel-nya.


“iya saya ketinggalan satu pertanyaan untuk Ibu, “Mery  WILL YOU MARRY ME?” Tanya gw dengan hati deg-degan.


“YES I DID, Didit” jawab Mery dengan senyum mengembang seperi sore itu waktu pertama gw lihat di Photo Piguranya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar