Rabu, 30 Januari 2013

Club 30-an



Akibat terlalu banyak merenung dan memikirkan ini-itu dengan berpikir lebih dalam, gw menemukan kalau selama ini terlalu banyak terburu-buru dalam melakukan sesuatu, kepikran juga tentang umur yang sudah mendekati kepala 3 walau masih beberapa tahun lagi tapi rasanya itu takkan lama.


Ternyata gw adalah seorang impulsive, yang menyenangi hal-hal yang kebalikan dari orang-orang se-usia gw. Dan gw masih tetap suka naik angkot dan pergi makan di warteg.

Gw suka memuji kebiasaan orang yang mengopi perlahan. Dan merenung dalam-dalam. Jika mengamati kebiasaan orang-orang di sekitar, gw melihat bahwa kecenderungan orang-orang yang begitu aktif di sosial media seperti twitter dan facebook. Hanya untuk memamerkan sesuatu. Kita gampang mengadili orang lain. Dan kita gampang sekali berkata-kata kasar terhadap orang lain.

Sosial media seperti membuat gw dan (mungkin) loe memiliki dua kepribadian. Kita menjadi sangat ramah ketika bertemu dengan bos di kantor. Dan memaki-maki bos kita di status yang kita buat (twitter, facebook, bbm.whatsapp)

Atau dengan akun-akun fiktif yang kita buat, kita seperti menjadi orang lain. Ketika menulis ini gw sama sekali nggak bermaksud untuk menyinggung soal moral. Tetapi  gw menyinggung value gw dan loe ketika diciptakan sebagai manusia.

Manusia-manusia digital. Yang lupa akan hal-hal sederhana. Termasuk lupa pada bagaimana menertawakan diri sendiri. Juga lupa akan keindahan titik-titik hujan di jendela.

aku dan kamu, terlalu sibuk untuk mengejar sesuatu yang sifatnya fana dan dangkal. Dan kita lupa bahwa, di dalam diri kita ada nilai kekekalan.

Beberapa waktu ke belakang, ketika pergi kumpul-kumpul dengan beberapa teman, kita coba  menerapkan rules: no handphone while dinner. Dan aturan itu dilanjutkan dengan, mari kita mencari topik-topik sederhana yang akan kita obrolin ketika kumpul. Memang belum berjalan seutuhnya, karena beberapa teman gw masih gatal untuk mengecek handphone mereka.

Ketika banjir kemarin melanda Jakarta, gw menghabiskan waktu gw bersama keluarga  di rumah. gw merasa begitu bangga, karena bisa menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol dengan ayah/Ibu lebih lama. Kami bahkan berdiskusi tentang banyak hal. Tidak ada handphone. Hanya mengobrol.

Dan ketika banjir telah surut kebersamaan itu pelan-pelan hilang dengan waktu-waktu gw banyak dihabiskan di sosial media tanpa esensi. Sebaiknya kita pikir-pikir lagi esensi kehidupan kita, sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat.

Dalam hal ini, gw setuju dengan tulisan Taufiq Rahman di Jakartabeat.net yang mengatakan: Bagaimana jika pilihan untuk generasi 30-an sekarang adalah untuk berjalan lebih pelan. Bangun siang, membaca buku lebih sering, menikmati musik dan lebih banyak berdiam dan berpikir.

sedang tidak baik dengan perasaan akan baik-baik saja

seperti kebanyakan tulisan dan cerita, biasa suka susah mau mulai dari mana, mau langsung ke inti cerita atau pakai pengantar dulu.

gw selalu percaya apa yang dari hati akan sampai ke hati dan sering gw berkata kepada diri sendiri akan hal ini, bahkan kepada teman-teman ngobrol hanya untuk meyakinkan kalau pikiran kita dengan didasari dari hati akan sampai ke hati.

seperti tulisan, jika di tulis dari hati akan terbaca dengan hati pembacanya (semoga) berlaku juga untuk lagu apabila disampaikan pakai hati akan sampai ke hati. belakangan urusan hati membuat gw belajar banyak. lelah... tidak justru mencerahkan.

karena bingung dengan urusan hati ini, gw lebih banyak mengevaluasi diri, bicara dengan diri sendiri dari hati ke hati, banyak mendengarkan diri sendiri dan banyak menulis yang terakhir rasanya seperti obat sesuai dengan fungsi obat yaitu untuk meyembuhkan.


Dan, kenapa akhir-akhir ini gw terlihat begitu melankolis, haha. beberapa hari lalu gw menerima mention di twitter dari sahabat lama, dia bilang "ini bukan gaya bahasa loe" berubah katanya.

ya setidaknya belakangan ini gw lebih memilih kehilangan akal sehat dari pada kehilangan hati. nggak bisa merasa lebih nggak enak ternyata.

dengan menaiki travel Bandung - Jakarta Beberapa hari lalu yang di dalamnya mengalun suara Glenn Fredley me-Remake lagu "Malaikat Juga Tahu" dan  karena Glenn menyanyikan dengan hati lagu itu jadi tepat kena di hati *mencelos rasanya* 

karena mungkin nyaris patah hati juga jadi segala hal yang dari hati akan lebih gampang terasa hehe..
kalau selama ini gw gampang berteori untuk urusan hati dan patah hati, tak semudah teori ternyata dan tidak enak pakai sekali lagi ga enaknya.

selain menjadi gundah gulana hal yang biasa dilakukan adalah cerita panjang lebar pada sahabat, menulis lalu gundah gulana lagi dan sampai pada satu kesimpulan " ndes, everything is gonna be alright"

kalau tidak mau lepas ya dipegang, kalau masih cinta ya dijaga



Minggu, 27 Januari 2013

Kuncinya


Setelah beberapa lama tak bertemu denganmu, akhirnya takdir mempertemukan kita, ya aku dan kamu. Berdiri berhadap - hadapan denganmu saja sudah membuat seluruh kata tertahan di tenggorokan, apalagi ini sambil duduk dengan memandang wajah-mu.

Aku bingung memulai percakapan, harusnya mudah dengan mengatakan “hai apa kabar?”  lalu ku lanjutkan dengan “Aku selalu memikirkanmu” harusnya bisa dengan mudah keluar dari bibir ku. Tapi kau bergeming di tempat dudukmu dan aku takkan mengizinkanmu melihat ku menahan rindu padamu, tapi tak mudah biarpun kututup rapat-rapat perasaanku lalu kubuang kuncinya sejauh mungkin agar kau tak tahu kusembunyikan dimana kunci itu.

Kucoba lawan semua perasaan tak menentu ini dengan membuang pandang darimu tapi apa yang kulakukan malah semakin teralihkan oleh paras wajah mu yang lama tak kutemui itu, lalu yang kulakukan hanya berusaha untuk menahanmu agar berlama-lama denganku, ahhh kemana kunci itu.

Selama ini kupikirkan bagaimana agar bisa tak memikirkanmu tapi aku ragu dengan pikiranku

Aku benci tak jujur padamu tentang perasaan ku, aku benci tak jujur padamu bahwa aku rindu dan aku benci tak ku berikan saja kunci itu langsung padamu. Sampai kutahu kau dari dulu tetap menyimpan kunci itu dengan perhatianmu.




Selasa, 15 Januari 2013

SAWASDI KAP

Sapaan khas dalam bahasa Thailand, dengan gesture tangan yang khas melambangkan Negara ini, gw ternyata jatuh cinta dengan Negara ini, jatuh cinta pada pandangan pertama, pandangan ketika menonton film-film-nya yang menggerakan alam pikir, mereka bisa  menceritakan sesuatu  dengan plot-plot yang tak terduga walaupun ceritanya sudah banyak dipakai di setiap film-film Hollywood.


Mereka bisa menggemas yang sudah biasa itu menjadi beda, beda dengan cara mereka dengan menampilkan kekhasan negeri mereka . film Thailand pertama yang gw tonton adalah “Suckseed”,  film yang bercerita tentang remaja yang ingin menjadi rockstar, lalu mengejar impian mereka. Cerita ini mungkin sudah banyak ditampilkan dalam film-film yang kita tonton tapi yang membuat beda adalah kekhasan bagaimana suatu plot bercerita hingga menjadi klimaks dan di tutup dengan unik.

Percakapan yang terjadi juga disiapkan dengan matang dengan kalimat – kalimat yang terlihat cerdas secara bercandaan. Selain “Suckseed” ada “Bangkok Traffic Love Story” dari judulnya kita udah bisa menebak film ini  menceritakan tentang percintaan antara dua insan manusia. 


Dengan setting yang menurut gw boleh juga, yaitu di dalam BTS (semacam MRT-nya Bangkok) dengan segala seluk beluk-nya, ada pesan mereka ingin memperkenalkan bahwa transportasi di Negara mereka sudah berkembang pesat (Jakarta akan menyusul, Amin).

Cerita dalam film ini juga tidak hanya sekedar Roman Picisan yang dapat dengan mudah kita tebak jalan ceritanya, ajaib mungkin kata itu yang keluar, dengan kejutan-kejutan yang akhirnya   tersadar oleh gw ini khas-nya film-film dari negeri Gajah Putih ini. Dengan menonton film-film  Thailand seakan mencerahkan kembali pikiran, karena dapat menjadi alternatif dari film-film biasa yang kita tonton baik dari Hollywood maupun lokal.

Film Thailand terakhir yang gw tonton adalah “Countdown” ini film “GILA” 

karena apa yang gw rasakan setelah keluar dari ruang cinema-nya jadi terpikir dan sadar akan apa yang sudah gw jalani sehari-hari, mereka seakan mengajarkan kalau mau menceramahi orang sudah tidak bisa lagi dengan cara-cara konvensional yang selama ini dilakukan, mereka seakan ingin menjawir tapi dengan cara yang “diluar dari kotak” .

Selama gw menonton film, hampir belum ada alur cerita dibuat sedemikian menancap di otak seperti ini, seolah di bacakan apa yang udah gw lakukan selama hidup melalui sebuah film. Ini yang menambah alasan gw untuk segera belajar bahasa Thailand, nggak mau peduli sesulit apa tulisan dan pengucapannya HARUS BISA.

Alam pikiran masyarakat Thailand sepertinya wajib dipelajari, karena sejarah juga mencatat Negara Satu-satunya di ASEAN yang tidak merasakan kelamnya di jajah adalah Negara Thailand, bagaimana sekarang negeri ini meng-ngemas komoditi pariwisatanya juga bisa dipelajari.

Tahun 2013 ini sudah diterapkan ASEAN Free Trade Market. akan Menjadi suatu keuntungan  kalo sudah bisa berbahasa Thailand dengan lancar, karena produk-produk dari Thailand sudah menbanjiri negeri kita contoh adalah “Tae koe Noi” (cemilan rumput laut yang gw liat ada di 7eleven) ya “Tae Koe Noi” sendiri memiliki arti Enterpreneur/pengusaha,  ada cerita menarik dari produk itu pada akhirnya menjadi inspirasi anak-anak muda di Thailand untuk berwirausaha.

Sampe-sampe kesuksesan pengusaha di balik “Tae Koe Noi” ini dibuat ke layar lebar dengan judul “Billionaire” (based on true story.)

Siapa artis Thailand idola , jawabnya adalah Nattasha Nauljam 

ini penampakannya : 


Sumber : Google 



Jumat, 11 Januari 2013

Terjawil Ceria

" Baru tau Kutub Selatan ada yang punya...
"sama kaya Semua wanita di dunia ini ada yang punya Glo.. kau aja tak ada yang punya..." 


Cuplikan dari salah satu scene perbincangan yang terjadi dalam film "Demi Ucok"  antara Mamak Gondut dan anaknya bernama Glo... yang sudah mau mendekati umur kepala 3 belum mempunyai kekasih apalagi niat dinikahi.

ya mungkin banyak kejadian serupa diantara kita namun beda pelaku, ketika tuntutan untuk menikah segera dengan calon yang belum juga ada tapi tuntutan datang dari kanan - kiri, atas - bawah, depan - belakang. dalam film ini kejadian-kejadian itu dirangkum dengan riang jenaka dan di bumbui dengan drama yang beda dari Sinema Elektronik (Sinetron) kita. 

kalimat tentang pernikahan yang selama ini kita tau "and happily ever after" seakan di dobrak dengan sudut pandang baru dari seorang wanita yang sudah tinggal dan menerima Pendidikan modern dan kondisi kehidupan perkotaan dengan segala ke-khas-annya "...and life boringly ever after".

banyak scene yang tetap mendapat apresiasi bagi hidup kita yang mungkin lagi diterpa masalah serupa, seakan ada teman setia yang sedang menasehati kita dengan menonton film ini, teman setia yang nggak cuma bisa menghibur tapi juga ikut memarahi, meneriaki kita ketika salah ambil langkah (that's friend are for.. bukan)


kalau ada waktu, dana dan kesempatan mungkin film ini bisa dijadikan Referensi alternatif dari film-film yang sedang tayang di bioskop-bioskop kesayangan anda dan kalau terlalu panjang tulisan ini takut menjadi Spoiler dari filmnya jadi cukup di sudahi saja sampai sini.

ada satu scene dengan latar belakang di negeri orang yang tau-tau hati ini langsung terjawil bahagia karena latar di belakang-nya itu buat bibir senyum-senyum sumringah. Soundtrack Filmnya juga Kece dari Homogenic. (titip salam buat teh Dila @maradilla)


"Jodoh tak usah diminta nanti juga dikasih, atau kalau belum dikasih juga, biar dicariin sama mamih"  - Glo - 




Rabu, 09 Januari 2013

Ada Senyum-mu & Marah-mu

Aku berharap tak pernah bertemu dengan-mu 
supaya aku tak pernah menginginkanmu, memikirkanmu 
supaya aku tak pernah mencari-mu disaat ku RINDU...


TAPI...

Kalau aku tak pernah betemu dengan-mu aku tak pernah tau rasanya BERDUA saja dengan-mu hingga waktu tak terasa telah bergulir begitu cepat 
kalau aku tak pernah bertemu dengan-mu aku tak pernah mencinta
dan dicintai dengan sungguh oleh sosok seindah dirimu 

ya RINDU, rindu Senyum-mu, Marah-mu, akupun masih dapat mengeja dengan tenang senyummu disini.







( terlintas kalimat itu dengan lancar di ketik setelah tersengat rindu setelah mendengar lagu dari Jamie Scoot & the Town - When will I see your face again)

Selasa, 08 Januari 2013

Jauh Dimata, Dekat Dimana?

Seperti halnya waktu, hati perlu berdamai juga dengan jarak. berdamai dari hiruk pikuk kenyamanan atau kepenatan hari-hari.

Pagi menjelang siang, Brunch lah kalo istilah makan-nya saat si burung besi mendarat dengan mulus se-mulus kulit Julie Estelle (maaf mba Julie menyeret-nyeret namanya :D)

karena tak ada  bagasi juga yang gw tunggu, meluncur mulus gw menuju area kedatangan bandara yang masih baru ini. dulu ketika kita ke Lombok Pesawat akan landing di bandara Bernama selaparang, ya dan dulu kita bermain tebak-tebak-an untuk "berdamai" dengan waktu selama berada dalam pesawat, kita biasa bermain dengan menanyakan apa nama bandara yang akan disinggahi nanti, lalu kau akan jawab sekena-mu, kau jawab nama pahlawan, karena katamu biasanya bandara dinamai dengan nama pahlawan setempat.

akupun tersenyum kecil, karena bandara Lombok ini tidak ada unsur nama Pahlawan yang lazim di gunakan di bandara tanah air dan kau pun segera menyadari arti senyum kecilku itu, kau perbaiki jawaban-mu tapi tetap tidak yakin, terlihat dari sorot mata-mu", (sebuah lamunan terbawa beberapa tahun kebelakang)

lalu dibuyarkan oleh suara-suara pengemudi taksi yang langsung mengerubungi penumpang yang baru keluar  dari area kedatangan.

       " taksinya kakaaakk, sama saya aja full music loohhh!"
        "sama saya aja kakaakk, kamar mandi dalam bersih, dekat supermarket loohh , liat-liat dulu aja kakaakk " (loohh ini mau nawarin taksi apa kamar kost haha)

mungkin karena perjalanan yang panjang selama dalam pesawat dan karena itu juga Bokong gw jadi berbentuk six pack (yaa kali..ini lebay).

sesampai di Lombok Tuhan memang perencana paling Hebat, mempertemukan gw dengan sahabat lama (tepatnya kakak kelas waktu kuliah di bilangan Kebun Jeruk dulu), dulu gw tidak terlalu mengenalnya dekat, dulu gw hanya kenal selintas karena dalam satu organisasi kemahasiswaan yang sama dan lebih menghargai sebagai rekan yang layak untuk diberi angukan atau angkat alis ketika berpapasan di jalan.

namun, gara - gara sering main #rhyme di twitter dan sering retweet dan mention-mention-an kami jadi lebih saling mengenal. jiyeeee (loh koq jiyeee?). ya Paul namanya, begitu yang gw kenal, tanpa tau itu nama aseli atau bukan, setelah lelah berbasa-basi (apa kabar, sama siapa kesini, lagi sibuk apa sekarang) akhirnya sampai pada titik yang buat gw dan si Paul ini diam seribu bahasa.

penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pertanyaan "Gimana masih sama xxx (nama disamarkan)...." lalu Paul dan gw diam sejenak dipertanyaan itu, sebenarnya dia yang terdiam lalu untuk meluruskan suasana gw mencoba menanyakan "diantara personil JKT 48 mana yang bisa mengetuk hati loe lagi?" (hah, pertanyaan yang membuat Paul makin terdiam).

ya kami bertemu secara tidak sengaja di sebuah pelabuhan bernama Bangsal (biasa digunakan untuk membawa turis yang akan ke Gli Trawangan dengan kapal) Paul baru aja dari sana dan gw baru mau menuju  kesana, Paul sendirian ke Glitrawangan tak beda jauh dengan gw, karena persamaan tapi beda perasaan maka kami merayakan moment ini dengan mentertawaii-nya bersama (tapi tanpa berpelukan juga lohh ya) .

Paul menunjukan beberapa foto-nya di Gli trawangan yang buat gw iri, ya iri karena pada dasarnya ia bekerja sebagai fotografer di sebuah majalah khusus pria dewasa ibukota (terus apa hubungannya dengan foto pemandangan) nggak ada tapi ada salah satu foto "pemandangan" yang tak sengaja ia perlihatkan ke gw, "pemandangan" Paul bersama wanitanya dulu yang menjadi Background Perangkat bergeraknya.

"masih di simpen ul...?" tanya gw cepat kepadanya, "ia moment, bagi fotoghrapher sesuatu yang amat penting kan, seperti yang loe tau ini moment penting dalam hidup gw bersamanya" begitu jawab Paul dengan nada bicara yang dalam (seakan ia dan wanitanya dulu itu Habibie & Ainun yang tak terpisahkan satu sama lain) foto dengan latar belakang sunset di sebuah pantai entah dimana dengan sepasang pria dan wanita tersenyum ke arah kamera tertawa bersama itu yang tak sengaja ia perlihatkan kepada gw.

tapi bagi gw yang warga biasa saja (maksudnya bukan fotoghrapher) seperti Paul justru moment-moment berharga itu saat Hape, Gadget dan benda-benda elektronik perekam moment itu dalam keadaan baterai habis, karena bagi gw penangkap moment paling alami dan susah diapus adalah memori dalam otak yang menyimpan berbagai kenangan yang kadang untuk (mendeletenya baca hapus) susah sekali.

"MY BEST TRAVEL MEMORY WAS THE ONE I DIDN'T TAKE PICTURE OF" 

dan yang gw katakan kepada Paul setelah itu dan membuat dia diam, diam karena tak tahu harus berkata apa atau mungkin ia mengangguk setuju dalam hatinya, karena ia tak mau mengakui-nya terang-terangan adalah kalimat yang keluar dari otak bebal gw ini :

"momen sunset terbaik yang pernah gw dapat adalah ketika semua hape dan kamera habis batere, dan itu gw nikmati bersama dia, dia yang kini sedang berkonsentrasi untuk studinya" 



*NB: tulisan di ketik ketika hujan turun dengan awetnya di Jakarta di sebuah senja jam pulang orang kantoran










Jumat, 04 Januari 2013

Ketika Hati Patah, Kaki Melangkah

kata orang untuk bisa melepaskan gundah gulana di dalam hati ada baiknya kaki diajak melangkah, se-inget gw waktu itu masih pagi dengan burung-burung bernyanyi namun sayang Marsha Timothy sudah menikah di Bali (abaikan kalimat ini).

di bandara pagi-pagi yang pasti untuk nunggu pesawat paling pagi ya masa dagang panci, "Andesesss.... (tiba-tiba ada suara wanita memanggill kencang dengan penekanan huruf s yang buat satu kedai kopi menengok merasa namanya andes) panggilan itu dari Dila salah satu sahabat gw yang nggak sengaja ketemu di bandara pagi-pagi di kedai kopi.

Dia mau ke Bali (dari yang gw liat di status bbm-nya)  sedangkan gw ke Lombok dengan pesawat beda tapi dengan kondisi yang sama (paling pagi, maklum kantong karyawan entry level hehe).

setelah dia duduk, gw langsung lempar pertanyaan tanpa tedeng aling-aling "apa tujuan loe pagi-pagi ke Bali? sendiri?" sambil menghela nafas panjang-nya yang keluar dari mulutnya " ia sendrian gw, ke bali dagang jeruk, ya tamasya lahh, loe pasti kepo-in bbm gw makanya loe kesini" | "ciihhhh (antara bersin apa jijik beda tipis memang) ngapain juga gw nyamperiin, dan itu BB punya gw jadi kalo nggak sengaja keliat di Recent Updates yang bukan gw kepo"(kata kepo berasal dari kata KEPOlisian yang tugasnya mencari tahu, ini ngarang)  dengan semangat 69 gw menjawab pertanyaan semena-menanya itu.

aksi sambar-sambaran pertanyaan pun berlangsung tanpa basa-basi, pertanyan yang bikin keki dari dia  adalah "nah ini loe ngapain pagi-pagi udah nanya-nanya gw di bandara kaya gini, nggak bawa kamera kan loe?"  dengan jaminan kurang dari 30 menit sampe,gw pun langsung jawab (kalah PHD) " hassuuu emang loe Dewi Persik Wanna be sampe gw ikutiin ke Bandara juga, terus wanwancara" (maaf ya mba DePe saya pinjam namanya).

"ya abiss pagi-pagi buta udah di bandara" katanya (nah loe sendiri, gumam gw dalam hati). "sebenernya tujuan awal perjalanan ini adalah menghilangkan suntuk Dil, Move on dari rutinitas kerjaan"  ketika kata Move on keluar dari mulut gw ada keheningan dan moment canggung diantara kami, tampak raut muka Dila berubah menjadi hijau, lalu badannya mendadak kekar (bukan-bukan dia bukan berubah jadi Hulk) raut mukanya tampak merenung, mukanya berubah menjadi masam, seperti ada kesedihan mendalam dalam hati dan pikirannya, ia hanya memandangi gelas kopi yang dipesannya tadi, mungkin ada cerita di baliknya. entahlah.

tanpa mengurangi rasa bersalah (ehhh) gw pun mencoba meluruskan suasana dengan berkata Kayaknya gw salah ucap ya dengan kata-kata "Move on" itu, tapi mungkin lebih salah lagi kalau gw bilang Move Like Jagger sambil joget di atas meja.

"sebenarnya tujuan awal gw ini untuk menghilangkan suntuk, syukur-syukur bisa menghilangkan rasa sakit karena patah hati"  Dila menjelaskan setelah gw di toyor karena joget-joget tadi. "ya udah deh kopi loe gw bayariin ini biar nggak patah hati lagi" sambar gw (lahh emang bisa, ehh tapi kata orang kalau teman lagi gundah gulana gini jangan langsung di tanya sebab dan kenapa, itu sama aja membuka luka-nya,jadi ada baiknya mentraktirnya kalaupun tak bisa menghiburnya).

Perhatian-perhatian kepada penumpang GA-516 tujuan Denpasar silahkan masuk kedalam pesawat udara melalui pintu E3,TERIMA KASIH, Attention Please for passenger GA-516 to Denpasar please board to the aircraft though the gate E3 THANK YOU. 

"EHH, itu mba-mba kece udah manggil gw, pesawat gw udah mau jalan, gw duluan yah, siapa tau di Bali ketemu bang Ipul, abis tadi loe bilang gw Dewi Persik hahaha... see you des"  dengan terburu - buru Dila menuju pintu E3 "SEE YOU Dil have a nice trip and heal the pain, dengan nyanyi -nyanyi bareng bang Ipul disana" balas gw tapi kayanya kalimat terakhir tak sempat dia denger karena terburu-burunya.

mba-mba kece juga udah memanggil gw untuk naik ke pesawat.jadilah perjalanan ini perjalanan "membunuh". membunuh suntuk akibat suntuknya kerjaan dan bagi yang lainnya "membunuh' sakitnya karena patah hati. 

sampe Bali Dila BBM gw minta saran lagu apa untuk Soundtrack Hidupnya dan untuk melupakan laki-laki-nya kemarin  biar lebih menjiwai katanya, gw Suggest ke Dila Lagu dari The  Streets - Dry your Eyes . tapi yang bisa gw bilang Forget is forever getting. and, remembering heals. karena manusia tidak dirancang untuk melupakan sesuatu tapi memahami sesuatu, setidaknya itu yang gw dan teman-teman lain simpulkan dalam perbincangan kami di sebuah kafe kecil di bilangan sabang.


"....Dry your eyes mate
I know it's hard to take but his mind has been made up
There's plenty more fish in the sea
Dry your eyes mate
I know you want to make him see how much this pain hurts
But you've got to walk away now
It's over...."
-The Streets - Dry Your Eyes-




Itu kata-mu, Kata-ku juga





AKU : Apa kita sudah kehilangan semua-nya?
KAU : TIDAK, kita malah baru menemukan sesuatu 
AKU : APA?
KAU : Sejatinya RINDU!

Kamis, 03 Januari 2013

Ketika Semesta Menikung tak mendukung (campuran fiksi non fiksi)

I went to Merlion
to see the Famous statue
How can i Move on, while I'm still in Love With You?
#rhyme

"ayooo pak, cepat kejar mobil di depan" sambil menutup pintu taksi gw berkata seperti itu, dari dulu memang gw  ingin berkata seperti adegan dalam film-film action yang gw tonton, dimana jagoannya lagi mengejar-ngejar penjahat incarannya.

karena apa yang gw katakan tadi, bapak supir taksi ini, seolah tak mau kalah, dengan sigap ia mengejar kendaraan yang ada di depannya, jadilah aksi kejar-kejaran seperti adegan dalam film Fast and Furious dan si bapak memerankan bak seorang partner Vin Diesel di tengah aksi kejar-kejaran.

"tunggu pak, tungguuu... pelan-pelan saja saya belum kawin" (oh be careful with your prayer hehe..)

"loohhh tadi kita ingin buru-buru mengejar mobil di depan"  dengan kebingungan sang bapak bertanya pada gw. "ia pak tapi mobil di depan itu siapa ya?" gw pun ikut kebingungan.

sang bapak sambil menepuk jidat-nya " jadi kita itu ngejar siapa mas" | "nggak ada siapa-siapa yang kita kejar pak, tapi saya memang sedang buru-buru mengejar pesawat ke bandara" 

dengan mengeluarkan nafas panjang-nya sang bapak mengatakan "oke intinya kita tetep harus mengejar sesuatu kan mas" | 'ia pak benar, saya hanya ingin berkata seperti yang ada dalam film-film aja, tapi kita memang sedang terburu-buru mengejar pesawat ke bandara"

dengan kesigapan-nya seperti tadi bapak ini memutar stirnya banting kiri dan kanan di tengah tol dalam kota, menghindari mobil-mobil di depannya, satu bantingan lagi ia lakukan ke kiri dengan lincahnya dan gw sedikit meneriakinya " pak pelan-pelan saya belum kawiinnnn...." (sekali lagi be careful with your prayer hahah).

akirnya sampai bandara dengan muka cemas, nafas was-was, muka memelas dan duit yang ngepas (ehh koq jadi curhat). bapak supir taksi tadi pun berlalu dengan mengatakan "mission completed" sepertinya dia juga banyak menonton film-film action.

"Perhatian, kepada penumpang GA-612 tujuan Singapura, silahkan masuk ke pesawat udara melalui pintu F4. Terima Kasih. Attention Please for passenger GA-602 to Singapore please board to the aircraft though the gate F4 Thank You". 

suara syahdu dari mba-mba kece ini terdengar dari pengeras bandara, kita sebut aja kece ya, gw juga nggak tau sie mbanya kece apa nggak, kita sepakat kece aja ya). setengah berlari dengan nafas yang tersisa yang sudah di "ambil" bapak taksi tadi gw mengejar pintu F4 setelah lolos dari pemeriksaan imigrasi (persis adegan cinta mengejar rangga, loh ketauan tuanya gw).

berhasil masuk juga dalam pesawat, dimulaliah petualangan itu, petualangan mencari-mu, mencari mu yang sehari sebelumnya mengabarkan kalau kamu sedang melakukan trip keliling Asean. kupikir karena kau sudah hampir 3 hari pergi mungkin sekarang kau sedang transit di Singapura, seperti foto terakhir yang ku lihat dalam social media-mu.

tapi apa daya karena kegoisan diri ini yang tak mau menanyakan dimana dirimu berada sekarang, mulalilah aku bingung harus di mulai dari mana mencari dirimu, aku sudah menyusuri bandara Changi ini dari terminal 1 hingga terminal 3-nya yang masih terlihat baru bagunannya itu tapi tak terlihat olehku sosok dirimu berharap kau sedang transit disini menunggu pesawat.

kuputuskan  untuk keluar bandara menuju stasiun MRT menuju pusat kota dengan tujuan stasiun "city hall" kuptuskan untuk melangkah ke Patung singa yang menjadi ikon negara Kota ini "Merlion" Kulihat lagi Puisi yang ada di dekat patung yang menjadi objek photo bagi wisatawan yang berkunjung kesini.

puisi karya Edwin Thumboo berjudul "Ulysses by the Merlion" ini ku tatapi lagi dan kembali teringat akan makna dalam puisi ini, yaitu tentang perjalanan seseorang untuk mencari harapan untuk hidup-nya" (sounds like familiar)

hah, apa yang gw lakukan ini, kata temen-temen udah gila. kata mereka "mana bisa ketemu kalo loe nggak janjian dulu, dia mungkin sedang nggak di Singapur, lagi di bangkok mungkin, atau laos yang extrem sekalian !" ya seperti otak berkata kepada hati juga kaya gitu, kabarilah ia dulu setidaknya buat janji bertemu, tapi karena gengsi ini sudah menguasai jadi ku memaksakan diri mencari mu dalam gengsi-se-gengsinya diriku.

berharap mengejutkan mu dengan bertemu di tempat berbeda dari biasanya, tapi sampai malam pun tak ada kulihat sosokmu, menyerah ah bukan kata mudah untuk ku, kembali  lagi ke bandara malam itu, berharap mungkin malam ini kau juga "menumpang" tidur dalam bandara untuk melanjutkan perjalanan-mu

tapi sampai ku tertidur dalam bangku keras bandara ini pun tak ada tanda-tanda kau akan muncul, sampai pagi dini hari ku bangun tak ada sosokmu kulihat di selasar bandara ini. jadi kuputuskan sudah sampai jakarta akan ku kabari dirimu untuk janji bertemu, karena pesawat akan memambawa ku kembali ke negara asal kita segera berangkat.