Selasa, 08 Januari 2013

Jauh Dimata, Dekat Dimana?

Seperti halnya waktu, hati perlu berdamai juga dengan jarak. berdamai dari hiruk pikuk kenyamanan atau kepenatan hari-hari.

Pagi menjelang siang, Brunch lah kalo istilah makan-nya saat si burung besi mendarat dengan mulus se-mulus kulit Julie Estelle (maaf mba Julie menyeret-nyeret namanya :D)

karena tak ada  bagasi juga yang gw tunggu, meluncur mulus gw menuju area kedatangan bandara yang masih baru ini. dulu ketika kita ke Lombok Pesawat akan landing di bandara Bernama selaparang, ya dan dulu kita bermain tebak-tebak-an untuk "berdamai" dengan waktu selama berada dalam pesawat, kita biasa bermain dengan menanyakan apa nama bandara yang akan disinggahi nanti, lalu kau akan jawab sekena-mu, kau jawab nama pahlawan, karena katamu biasanya bandara dinamai dengan nama pahlawan setempat.

akupun tersenyum kecil, karena bandara Lombok ini tidak ada unsur nama Pahlawan yang lazim di gunakan di bandara tanah air dan kau pun segera menyadari arti senyum kecilku itu, kau perbaiki jawaban-mu tapi tetap tidak yakin, terlihat dari sorot mata-mu", (sebuah lamunan terbawa beberapa tahun kebelakang)

lalu dibuyarkan oleh suara-suara pengemudi taksi yang langsung mengerubungi penumpang yang baru keluar  dari area kedatangan.

       " taksinya kakaaakk, sama saya aja full music loohhh!"
        "sama saya aja kakaakk, kamar mandi dalam bersih, dekat supermarket loohh , liat-liat dulu aja kakaakk " (loohh ini mau nawarin taksi apa kamar kost haha)

mungkin karena perjalanan yang panjang selama dalam pesawat dan karena itu juga Bokong gw jadi berbentuk six pack (yaa kali..ini lebay).

sesampai di Lombok Tuhan memang perencana paling Hebat, mempertemukan gw dengan sahabat lama (tepatnya kakak kelas waktu kuliah di bilangan Kebun Jeruk dulu), dulu gw tidak terlalu mengenalnya dekat, dulu gw hanya kenal selintas karena dalam satu organisasi kemahasiswaan yang sama dan lebih menghargai sebagai rekan yang layak untuk diberi angukan atau angkat alis ketika berpapasan di jalan.

namun, gara - gara sering main #rhyme di twitter dan sering retweet dan mention-mention-an kami jadi lebih saling mengenal. jiyeeee (loh koq jiyeee?). ya Paul namanya, begitu yang gw kenal, tanpa tau itu nama aseli atau bukan, setelah lelah berbasa-basi (apa kabar, sama siapa kesini, lagi sibuk apa sekarang) akhirnya sampai pada titik yang buat gw dan si Paul ini diam seribu bahasa.

penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pertanyaan "Gimana masih sama xxx (nama disamarkan)...." lalu Paul dan gw diam sejenak dipertanyaan itu, sebenarnya dia yang terdiam lalu untuk meluruskan suasana gw mencoba menanyakan "diantara personil JKT 48 mana yang bisa mengetuk hati loe lagi?" (hah, pertanyaan yang membuat Paul makin terdiam).

ya kami bertemu secara tidak sengaja di sebuah pelabuhan bernama Bangsal (biasa digunakan untuk membawa turis yang akan ke Gli Trawangan dengan kapal) Paul baru aja dari sana dan gw baru mau menuju  kesana, Paul sendirian ke Glitrawangan tak beda jauh dengan gw, karena persamaan tapi beda perasaan maka kami merayakan moment ini dengan mentertawaii-nya bersama (tapi tanpa berpelukan juga lohh ya) .

Paul menunjukan beberapa foto-nya di Gli trawangan yang buat gw iri, ya iri karena pada dasarnya ia bekerja sebagai fotografer di sebuah majalah khusus pria dewasa ibukota (terus apa hubungannya dengan foto pemandangan) nggak ada tapi ada salah satu foto "pemandangan" yang tak sengaja ia perlihatkan ke gw, "pemandangan" Paul bersama wanitanya dulu yang menjadi Background Perangkat bergeraknya.

"masih di simpen ul...?" tanya gw cepat kepadanya, "ia moment, bagi fotoghrapher sesuatu yang amat penting kan, seperti yang loe tau ini moment penting dalam hidup gw bersamanya" begitu jawab Paul dengan nada bicara yang dalam (seakan ia dan wanitanya dulu itu Habibie & Ainun yang tak terpisahkan satu sama lain) foto dengan latar belakang sunset di sebuah pantai entah dimana dengan sepasang pria dan wanita tersenyum ke arah kamera tertawa bersama itu yang tak sengaja ia perlihatkan kepada gw.

tapi bagi gw yang warga biasa saja (maksudnya bukan fotoghrapher) seperti Paul justru moment-moment berharga itu saat Hape, Gadget dan benda-benda elektronik perekam moment itu dalam keadaan baterai habis, karena bagi gw penangkap moment paling alami dan susah diapus adalah memori dalam otak yang menyimpan berbagai kenangan yang kadang untuk (mendeletenya baca hapus) susah sekali.

"MY BEST TRAVEL MEMORY WAS THE ONE I DIDN'T TAKE PICTURE OF" 

dan yang gw katakan kepada Paul setelah itu dan membuat dia diam, diam karena tak tahu harus berkata apa atau mungkin ia mengangguk setuju dalam hatinya, karena ia tak mau mengakui-nya terang-terangan adalah kalimat yang keluar dari otak bebal gw ini :

"momen sunset terbaik yang pernah gw dapat adalah ketika semua hape dan kamera habis batere, dan itu gw nikmati bersama dia, dia yang kini sedang berkonsentrasi untuk studinya" 



*NB: tulisan di ketik ketika hujan turun dengan awetnya di Jakarta di sebuah senja jam pulang orang kantoran










Tidak ada komentar:

Posting Komentar