Does Twitter (socialmedia) can
reflect our personallity? or we just wear a mask to the world?
Ehh beneran ini pertanyaan yang
gw terima ketika kumpul-kumpul “nakal” bareng sahabat lama dari masa SMA awal
bulan ini.
Mereka yang gw tau tidak terlalu
aktif dalam ber-media social atau boleh dibilang lebih memilih menjadi “gaptek”
hanya memakai perangkat bernama Blackberry dan sebagian lainnya memilih menjauh
menggunakan perangkat2 seperti itu.
ketika di Tanya alasan,beberapa beralasan
kehidupan sosial manusia itu ya seperti ini tatap muka,tertawa terbahak-bahak
bersama dan mungkin sesekali melempar rangkulan dan cubitan senggolan-sengolan
kecil kepada lawan bicara.
“Enigmatic” (entah kenapa kata
itu yang keluar dari otak tumpul ini) ketika berusaha dengan payah menjelaskan
kehidupan sosial yang terjadi pada gw atau mungkin kita, teknologi memang
berperan dalam kehidupan manusia kaya gw J Lebih mempermudah
hidup, tapi kadang bisa merubah hidup itu sendiri jadi lebih kacau ketika dihadapkan dengan
hubungan sosial.
Ya kalau menurut gw ada benar-nya
juga idiom yang bilang “mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang sudah dekat”
Ahhhh mungkin terlalu riwueh
(haha), buat gw untuk tetap bisa men-sosial kan diri ini untuk tetap terhubung
dengan dunia di luar sana. Kadang hal-hal yang kecil dari kehidupan kita, bisa
diketahui orang disebserang lautan sana.
Mungkin sebagian dari teman-teman
gw dan bahkan gw sendiri pernah menuliskan ini di Twitter atau social media
lain dan Recent Updates BB, seperti “aduuh capek hari ini panas” , atau “bos galak
amat salah makan ya”.
Atau yang pernah beberapa gw baca
seperti “rasanya sudah tak pantas
diperjuangkan lagi,hidup juga tak berarti lagi,sampai jumpa di kehidupan lain
semua-nya bye teman-teman” jujur ini ngeri tapi otak tumpul ini
berpikir ulang apa yang dipikirkan teman gw ini, masalahnya yang tak bisa
dipecahkan kah sehingga mengambil jalan pintas atau ingin diperhatikan lebih (dengan
melihat berapa banyak orang-orang yang care sama dia) sekali lagi ini pemikiran
dangkal dari orang bebal semacam saya ini.
Karena gw pun pernah mencoba ber-eksperimen
menulis seperti itu, tapi apa daya karena teman-teman sepergaulan yang
cenderung berotak jahil (nggak beda jauh sama gw) mereka malah membalas
kata-kata gw itu dengan “man…(atau bro)
kalo mau bunuh diri ,pake alat atau cara yang bener yahhh,biar nanti loh nggak
serem juga” kurang wuajarr dalam hati
menggumam. J
Bukan perhatian yang didapat
malah hinaan sahabat penuh laknat, tapi itu mengartikan sesuatu buat gw, mungkin
perhatian memang tak didapat tapi setidaknya mereka jauh lebih mengenal siapa
sahabat mereka ini.
Pernah juga membaca tweet atau
recent updates di BB dengan kalimat “karma
does exist,no mention” atau “hati-hati
ahh kalo ngomong, no mention” mungkin orangtua kita dulu kalau mau menegur
temannya atau lingkungan langsung datang ke orang yang bersangkutan, selain
karena teknologi juga masih terbatas tapi lebih dirasa ampuh untuk
menyelesaikan masalah.
Karena seperti gw atau kita
lakukan dengan menulis "no mention" akan membuat orang lain “blingsatan” merasa terkena panah arah
tweet atau status BB itu.
Yaaa tapi fenomena itu menarik
juga dan jujur gw pun “menikmati” membaca-nya ketika ada bebebrapa teman
memasang tweet atau status seperti itu (menebak-nebak arah panahnya kemana :D)
Masih ada sesuatu yang jauh lebih
bisa diambil positifnya ketika teknologi justru menemukan mereka yang sudah
lama tak bertemu akhirnya dipertemukan kembali. Moment-moment penuh haru ini
yang menyadarkan kita untuk tetap menjaga atau minimal lebih memperhatikan
orang-orang disekitar kita sekarang ini, karena kita nggak tau kan kapan mereka akan
menjauh atau dipaksa menjauh dari kita.
Sekian dan terima kasih, mungkin sekarang
bisa dilihat-lihat kembali apa yang pernah kita tuliskan di berbagai media
sosial dan mungkin akan bertemu siapa diri kita yang sebenarnya ketika membaca
ulang lagi apa yang pernah kita tuliskan itu
Keep smile for life
Tidak ada komentar:
Posting Komentar