Jumat, 07 Desember 2012

BERKACA




Does Twitter (socialmedia) can reflect  our personallity? or we just wear a mask to the world?

Ehh beneran ini pertanyaan yang gw terima ketika kumpul-kumpul “nakal” bareng sahabat lama dari masa SMA awal bulan ini.

Mereka yang gw tau tidak terlalu aktif dalam ber-media social atau boleh dibilang lebih memilih menjadi “gaptek” hanya memakai perangkat bernama Blackberry dan sebagian lainnya memilih menjauh menggunakan perangkat2 seperti itu.

ketika di Tanya alasan,beberapa beralasan kehidupan sosial manusia itu ya seperti ini tatap muka,tertawa terbahak-bahak bersama dan mungkin sesekali melempar rangkulan dan cubitan senggolan-sengolan kecil kepada lawan bicara.

“Enigmatic” (entah kenapa kata itu yang keluar dari otak tumpul ini)  ketika berusaha dengan payah menjelaskan kehidupan sosial yang terjadi pada gw atau mungkin kita, teknologi memang berperan dalam kehidupan manusia kaya gw J Lebih mempermudah hidup, tapi kadang bisa merubah hidup itu sendiri  jadi lebih kacau ketika dihadapkan dengan hubungan sosial.

Ya kalau menurut gw ada benar-nya juga idiom yang bilang “mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang sudah dekat”

Ahhhh mungkin terlalu riwueh (haha), buat gw untuk tetap bisa men-sosial kan diri ini untuk tetap terhubung dengan dunia di luar sana. Kadang hal-hal yang kecil dari kehidupan kita, bisa diketahui orang disebserang lautan sana.

Mungkin sebagian dari teman-teman gw dan bahkan gw sendiri pernah menuliskan ini di  Twitter atau social media lain  dan Recent Updates BB, seperti “aduuh capek hari ini panas” , atau “bos galak amat salah makan ya”.

Atau yang pernah beberapa gw baca seperti “rasanya sudah tak pantas diperjuangkan lagi,hidup juga tak berarti lagi,sampai jumpa di kehidupan lain semua-nya bye teman-teman”   jujur ini ngeri tapi otak tumpul ini berpikir ulang apa yang dipikirkan teman gw ini, masalahnya yang tak bisa dipecahkan kah sehingga mengambil jalan pintas atau ingin diperhatikan lebih (dengan melihat berapa banyak orang-orang yang care sama dia) sekali lagi ini pemikiran dangkal dari orang bebal semacam saya ini.

Karena gw pun pernah mencoba ber-eksperimen menulis seperti itu, tapi apa daya karena teman-teman sepergaulan yang cenderung berotak jahil (nggak beda jauh sama gw) mereka malah membalas kata-kata gw itu dengan “man…(atau bro) kalo mau bunuh diri ,pake alat atau cara yang bener yahhh,biar nanti loh nggak serem juga”  kurang wuajarr dalam hati menggumam. J


Bukan perhatian yang didapat malah hinaan sahabat penuh laknat, tapi itu mengartikan sesuatu buat gw, mungkin perhatian memang tak didapat tapi setidaknya mereka jauh lebih mengenal siapa sahabat mereka ini.

Pernah juga membaca tweet atau recent updates di BB dengan kalimat “karma does exist,no mention” atau “hati-hati ahh kalo ngomong, no mention” mungkin orangtua kita dulu kalau mau menegur temannya atau lingkungan langsung datang ke orang yang bersangkutan, selain karena teknologi juga masih terbatas tapi lebih dirasa ampuh untuk menyelesaikan masalah.


Karena seperti gw atau kita lakukan dengan menulis "no mention" akan membuat orang lain “blingsatan” merasa terkena panah arah tweet atau status BB itu.

Yaaa tapi fenomena itu menarik juga dan jujur gw pun “menikmati” membaca-nya ketika ada bebebrapa teman memasang tweet atau status seperti itu (menebak-nebak arah panahnya kemana :D)

Masih ada sesuatu yang jauh lebih bisa diambil positifnya ketika teknologi justru menemukan mereka yang sudah lama tak bertemu akhirnya dipertemukan kembali. Moment-moment penuh haru ini yang menyadarkan kita untuk tetap menjaga atau minimal lebih memperhatikan orang-orang disekitar kita sekarang ini, karena kita nggak tau kan kapan mereka akan menjauh atau dipaksa menjauh dari kita.

Sekian dan terima kasih, mungkin sekarang bisa dilihat-lihat kembali apa yang pernah kita tuliskan di berbagai media sosial dan mungkin akan bertemu siapa diri kita yang sebenarnya ketika membaca ulang lagi apa yang pernah kita tuliskan itu


Keep smile for life

Tidak ada komentar:

Posting Komentar