“…Seratus kilometer konstan per jam
Melaju terus non-stop siang dan malam
Awas di depan ada tikungan tajam
Injak pedal gas semakin dalam…!”
The Brandals – 100km/jam
Life
is short, enjoy your coffee
Hidup
itu untuk dinikmati, tapi mau bagaimana menikmatinya pilihan ada di tangan
kita, ada anekdot yang pernah gw baca di salah satu artikel majalah, ketika Luc
Besson seorang Sutradara bekebangsaan Prancis ditanya apa perbedaan kondisi
perfilman Prancis dengan Amerika (Hollywood)
Luc
Besson dengan berseloroh menjawab santai penuh makna yang dalam, katanya “disana
(Amerika) mereka punya Motto “yes we can”
jadi apapun yang mereka rencanakan akan diupayakan/diusahakan sampai terjadi"
"sedangkan bangsa kami punya motto “keep dream it” ya selama kami hanya punya atau bisa bermimpi
itu sudah baik, tidak heran kami hanya menjadi penyelenggara Festival film terkenal
seperti Cannes tanpa bisa punya satu wilayah seperti Hollywood lengkap dengan
Peralatan studio full package di dalamnya”
kira-kira,
si Monsiuer
Luc Besson ini ingin berpesan bahwa punya mimpi itu bagus tapi bisa
menjalani mimpi itu akan lebih baik.
Tapi
pertanyaan si otak bebal ini mulai keluar merangkak dari otak apakah sudah
cukup dengan bergerak lebih cepat, bangun lebih pagi, kita sudah selangkah
lebih dekat dengan mimpi kita itu.
Gw
tinggal di salah satu kota yang menuntut penghuni di dalamnya, untuk lebih
cepat bangun biar tidak terjebak kemacetan atau terperangkap jebakan 3in1 (no
offense yah J)
Persoalannya
kita sudah mengenal istilah “deadline
kemarin” (anak E.O dan agency mungkin
sudah khatam dengan istilah ini hehe..) Briefingnya hari ini deadline-nya kemarin,
ditambah dengan ke-hectic-an kota ini
membuat kita selalu tergesa-gesa karena di tunggu orang, rapat ini, ketemu itu,
katanya yang tidak cepat bakal ditinggal, ya mati aja luhh mungkin kasarnya
kaya gitu.
Sedikit
ada kesempatan menyalip kanan-kiri, ya tancap gas mas boy!!!
Kita
mungkin jadi lupa bagaimana rasanya berjalan dengan menikmati pemandangan atau
memperhatikan kanan-kiri dengan santainya. Kita jadi lebih mendewakan
tujuan-nya saja dan yang lain menjadi kurang penting.
Mungkin
menikmati perjalanan itu sendiri punya sensasi kenikmatan kalau bisa
menikmatinya.
Dua
hari ini gw memutuskan untuk menggunakan transjakarta (yang lambangnya sudah
tidak burung membawa kacang lagi, abaikan ini kurang penting J) dalam dua hari itu juga banyak pikiran yang terbuka,
salah tiganya adalah gw baru tau kalo dekat rumah ada kedai kopi ramai yang
sepertinya nyaman, terlihat dari parkiran yang ramai.
Salah
duanya gw baru liat ada promo-promo penerbangan murah di salah satu baliho
jalan , milik salah satu perbankan nasional terbesar dan salah tiganya lambang
transjakarta ternyata sudah berubah (ini yang tadi diabaikan saja) karena ketika gw mengendarai kendaraan pribadi hal-hal semacam itu luput dari pandangan gw.
Mungkin
analogi ngawur-nya kaya gini : Let’s put
it this way, sex would be a lot great if you enjoy NOT just the orgasm but the “itsy
bitsy” little efforts to get there, right? Dengan begitu setiap detiknya
terasa berharga.
Take
Your Time mungkin bisa mewakili ini semua, mengambil sedikit waktu tanpa harus
diburu-buru, mencoba memahami ritme-nya diantara cepat dan lelet banget. Tapi bukan
berarti gw menyuruh bersantai-santai sambil menghisap mariyuana juga , karena
efeknya nanti loe nyengir melulu bukan.
Mungkin
diantara kita tidak mau nanti ketika umur sudah berkepala 7, kita baru melihat
apa-apa yang kita lewatkan semasa muda dulu dan menyesal karena sekarang sudah tak
ada tenaga untuk menikmatinya.
Mungkin
sekarang bisa mencari ritme hidup anda , kosongkan ekspektasi, tarik napas liat
kanan-kiri dan buang pelan-pelan
Nikmati
saja (relax make you think clearly).
Pernyataan
tolol ini eh bukan pernyataannya tapi otak gw-nya J have a nice day
Tidak ada komentar:
Posting Komentar